Breaking News
Loading...
Tuesday 17 December 2013


RembulanTenggelam Di Wajahmu --> Tere Liye



"Sama seperti dulu, meski hatinya marah, meski hatinya mengutuk langit berkali-kali, Ray tetap terpesona menatap rembulan di langit. Merasa damai dengan sepotong ciptaan Tuhan yang seolah-olah digantungkan begitu saja itu. Malam-malam sepi di selasar atap tampias Panti... Malam-malam sendiri di atap genting Rumah Singgah. Malam-malam senyap di atas tower air. Di lantai 18 konstruksi gedung.Malam-malam itu meski amat bencinya dia dengan keputusan Tuhan, amat marahnya dengan segala takdir, sepotong rembulan di atas selalu membuatnya berterima-kasih. 
Mungkin itu gunanya Tuhan menciptakan rembulan terlihat indah dari bumi. Menjadi penghiburan bagi hati yang resah menatapnya."

Kisah ini adalah tentang perjalanan mengenang masa lalu seorang lelaki bernama Rehan Raujana; atau yang akan lebih sering disebut dan dikenal sebagai Ray. Lelaki itu kini adalah seorang pasien berusia 60 tahun. Ia tidak sadarkan diri selama 6 bulan, dan ketika ia membuka matanya, ia tidak berada di rumah sakit tempat ia seharusnya berada. Pasien itu berdiri di tengah keramaian terminal. Tempat yang amat sangat dikenalnya puluhan tahun lalu ketika ia masih berusia belasan. Di tempat itulah ia memulai perjalan Mengenang Masa Lalu itu.
"Yang perlu kau tahu adalah kau sangat beruntung, Ray. Amat beruntung. Tahukah kau? Semua orang selalu diberi kesempatan untuk kembali. Sebelum maut menjemput, sebelum semuanya benar-benar terlambat. Setiap manusia diberikan kesempatan mendapatkan penjelasan atas berbagai pertanyaan yang mengganjal hidupnya... Kau akan mendapatkan penjelasan melalui perjalanan yang hebat ini."
Dalam perjalanan mengenang masa lalu itu, Ray ditemani oleh seorang dengan wajah menyenangkan yang akan menjelaskan semuanya; dan menjawab 5 pertanyaan yang selalu dipertanyakan oleh Ray sepanjang hidupnya. Pertanyaan pertamanya dimulai dari tempat ia memulai kehidupannya yang penuh derita dan siksaan.Tempat yang amat dibenci oleh Ray selama bertahun-tahun, yang membentuknya menjadi sosok anak remaja yang membangkang dan memberontak: Panti Asuhan, atau yang lebih sering Ray sebut sebagai Panti Sialan itu. Yang membuat Ray semakin membenci tempat itu adalah, Penjaga Panti yang di matanya sangat sok-suci. Tidak hanya sekali Ray menjadi sasaran bilah rotan yang menyakitkan dari Penjaga Panti itu, dan hati Ray semakin pahit terhadap Panti itu.

"Bagaimana mungkin dia harus tinggal belasan tahun di Panti tak berguna itu. Belasan tahun teraniaya oleh penjaga Panti sok-suci itu. Ada puluhan tempat penampungan anak-anak terlantar di kota ini, mengapa dia justru harus diantarkan ke Panti sialan itu? 
Mengapa?"

Kenangan-kenangan pahit masa remaja Ray terlalui, pertanyaan pertamanya dijawab oleh orang dengan wajah menyenangkan itu. Membuat Ray terlalu kaget, bahkan tidak percaya kata-kata orang itu tentang Penjaga Panti yang sama sekali tidak ia ketahui. Kehidupan Ray kemudian berlanjut di ibukota, ia tinggal di Rumah Singgah - dimana akhirnya Ray merasa mempunyai keluarga. Di tempat itulah, akhirnya Ray dapat mencicipi pendidikan yang selama ini tidak ia dapatkan saat tinggal di Panti. Ray mengenal banyak anak-anak lain yang ia anggap saudaranya. Namun apa daya, sifat Ray yang solider dalam persahabatan ternyata malah menimbulkan banyak masalah; yang kemudian merenggut impian-impian saudaranya. Waktu itu, Ray selalu mempertanyakan "Apakah hidup ini adil?"; mengapa jalan-jalan orang jahat selalu mulus sedangkan tidak demikian bagi orang-orang baik?

"Ray, hampir semua manusia pernah mengeluarkan pertanyaan tersebut.Apakah hidup ini adil? Dari jaman batu hingga entah ke mana peradaban mansuia akan dibawa. Muda-tua, laki-perempuan, kaya-miskin, sehat-sakit, raja-pelayan, panglima-pesuruh, tidak mengenal ras, suku, agama, tidak mengenal batas-batas.Mereka pasti pernah bertanya, setidaknya sekali sepanjang hidup."

Dan perjalanan itu terus berlanjut, hingga takdir kehidupan Ray berubah semenjak iya menjadi buruh kasar di sebuah konstruksi bangunan. Kehidupannya berubah semenjak ia bertemu dengan gadis itu di gerbong kereta.Akan tetapi mengapa nasib buruk tidak pernah meninggalkannya? Setiap potong kehidupannya membuat banyak pertanyaan timbul dalam hati Ray. Mengapa takdir yang menyakitkan itu harus terjadi? Mengapa hidupnya tetap terasa hampa bahkan ketika ia sudah memiliki semuanya?

Setiap pertanyaan dalam hidup Ray akan terjawab, lewat potongan-potongan kehidupannya yang akan dijelaskan. Membuat mata Ray terbuka akan kehidupannya selama ini. Dan yang terpenting, membuat hatinya terbuka untuk menerima segala yang telah terjadi.

"Sekarang saat semua yang diinginkannya sudah dimiliki, dia tetap merasa sendiri. Berdiri sendirian di lantai tertinggi gedung miliknya.
Hidup ini benar-benar lelucon yang hebat."

RP. 60.000,-

 
 

0 comments:

Post a Comment